Cokrodiningratan - Pada hari Selasa, 7 Mei 2024 di Pendopo Kelurahan Cokrodiningratan, diselenggarakan Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan Metode Biopori hari ke-2 dengan sasaran nasabah Bank Sampah Sidodadi RW 01 serta warga di RW 01 Kelurahan Cokrodiningratan.

Lurah Cokrodiningratan, Andityo Bagus Baskoro, ST., M.Eng., dalam  sambutannya menyampaikan bahwa Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan metode Biopori harapannya bisa berjalan dengan lancar dan sukses. Sehingga nantinya di setiap RW dari 11 RW se-Kelurahan Cokrodiningratan ada minimal 54 titik biopori yang setiap titiknya akan mampu menangani 0,2 kg sampah organik skala rumah tangga.

Tri Yulianto, salah satu narasumber Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan metode Biopori menyampaikan bahwa Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang terbentuk padat. Lantas siapa yang wajib mengurangi sampah tersebut? Menurut narasumber yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Forum Bank Sampah Cokrodiningratan ini, menurut Pasal 12 UU No. 18 Tahun 2008, ayat 1 berbunyi Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.  Jadi setiap orang wajib mengolah sampah rumah tangga dengan metode yang berwawasan lingkungan.

Sementara itu, Koespilah salah satu narasumber lainnya Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan metode Biopori menyampaikan bahwa Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme di dalam biopori seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna lainnya. 

Acara kemudian dilanjutkan dengan Praktek Pembuatan Biopori oleh salah satu narasumber yang dibantu oleh peserta kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan metode Biopori.