COKRO JUARA! Pelatihan Pembuatan Kompos Metode Biopori Hari ke-11 di Bank Sampah Bumi Lestari RW 10 Cokrodiningratan

Cokrodiningratan - Mengambil tempat di Balai RW 10 Gondolayu, Kampung Cokrokusuman Kelurahan Cokrodiningratan, Jumat 17 Mei 2024. Kelurahan Cokrodiningratan mengadakan kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan Metode Biopori dengan mengundang Ketua RT se RW 10 Cokrodiningratan serta nasabah Bank Sampah Bumi Lestari RW 10 Cokrodiningratan.

Lurah Cokrodiningratan, Andityo Bagus Baskoro, ST., M.Eng., menyampaikan dalam sambutannya bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta tidak tinggal diam dalam hal penanganan sampah. Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup. Pada tahap awal pengolahan sampah dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) Nitikan dengan kapasitas 75 ton/hari. Sampah itu salah satunya diolah menjadi  bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF). 

Oleh sebab itu kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos dengan Metode Biopori ini merupakan usaha dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk penanganan sampah di Hulu dimana Masyarakat Jogja diminta untuk sadar serta mengubah paradigma lama dalam pengelolaan sampah menjadi paradigma baru dalam pengelolaan sampah 3R (Reduce Reuse Recycle) atau Pilah Olah Berkah.

Koespilah sebagai narasumber dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa sampah organik akan menjadi manfaat jika dikelola menjadi pupuk. Pupuk bermanfaat untuk pertanian. Hasil dari pertanian bisa dikonsumsi secara organik. Konsumsi bahan organik akan menjadikan tubuh menjadi sehat.

Tri Yulianto sebagai narasumber dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa untuk pembuatan biopori di lokasi yang dekat dapur, halaman rumah atau disebelah pohon. Waktu yang sangat bagus untuk membuat biopori adalah puncak musim hujan agar diketahui kedalaman muka air tanah. Sementara itu jumlah dari biopori setiap 100 m2 idealnya dibuat 30 titik dengan jarak antar 0,5 - 1 m.

Setelah teori maka dilanjutkan praktek penanaman biopori oleh instruktur yang melibatkan peserta pelatihan.