COKRO JUARA! Pelatihan Pembuatan Kompos Metode Biopori Hari ke-12 di Bank Sampah Bawono Langgeng RW 11 Cokrodiningratan
Cokrodiningratan - Pada hari Sabtu, 18 Mei 2024, bertempat di Lapangan Babrik RW 11 Gondolayu Cokrodiningratan. Kelurahan Cokrodiningratan mengadakan Pelatihan Pembuatan Kompos melalui Pengelolaan Sampah Organik Skala Rumah Tangga dengan Metode Biopori menggunakan anggaran dari BKK DAIS 2024. Kegiatan ini merupakan kegiatan ke-12 sekaligus kegiatan penutup dari rangkaian pelatihan yang telah dijalankan sejak tanggal 6 Mei 2024.
Pelatihan Pembuatan Kompos di RW 11 ini melibatkan Ketua RT dan PKK RT se RW 11 Cokrodiningratan, Nasabah Bank Sampah Bawono Langgeng RW 11 serta warga RW 11 Cokrodiningratan. Lurah Cokrodiningratan, Andityo Bagus Baskoro, ST., M.Eng., dalam sambutannya menyampaikan meskipun nantinya permasalahan sampah di Kota Yogyakarta berangsur-angsur mendapatkan solusinya, yang terakhir adalah kerja sama antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Kabupaten Bantul terkait Pengolahan Sampah, Pemilahan Sampah tetap harus dijalankan oleh masyarakat khususnya warga RW 11 Cokrodiningratan. Keberadaan Biopori ini untuk mendukung proses pemilahan yang telah dilakukan oleh warga Cokrodiningratan, dimana sampah organik rumah tangga diolah menjadi kompos dengan metode biopori.
Koespilah, narasumber pertama dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup (alam) seperti hewan, manusia, tumbuhan dan benda hasil olahannya yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai. Jika sampah organik tidak diolah maka akan berdampak bagi kesehatan dan lingkungan. Sampah organik akan mendatangkan manfaat jika dikelola menjadi pupuk. Pupuk sangat bermanfaat bagi pertanian.
Sementara itu Tri Yulianto sebagai narasumber dari Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa cara pembuatan biopori adalah sebagai berikut:
- Menentukan lokasi pengeboran, kalau sudah dikonblok sebaiknya dibongkar dulu
- Pembuatan lubang dengan alat bor diameter 10 cm, diputar searah jarum jam (dapat diberi air dahulu agar tanah lebih gembur)
- Setiap mengebor sedalam ±10 cm diangkat untuk kemudian dikeluarkan tanahnya
- Masukan bor lagi hingga kedalaman 80 – 100 cm, kedalaman lubang maksimal 100cm. Bila kedalam lebih dari 100 cm, maka cacing-cacing dan organisme pengurai lainnya akan kekurangan oksigen, sehingga tidak dapat bekerja dengan maksimal.
- Pada bibir lubang dilakukan pengerasan dengan semen atau potongan pendek paralon (±20 cm ). Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah.
- Kemudian dibagian atas diberi pengaman yang bisa dengan mudah dibuka dan ditutup untuk memasukan sampah organik
Pemaparan teori oleh kedua narasumber dilanjutkan dengan praktek yang diikuti oleh para peserta pelatihan.