Lurah Cokrodiningratan Ikuti Workshop RENSTRA Project Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di Bali

Cokrodiningratan - Bertempat di The One Legian Hotel, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali dari Tanggal 14 sd 17 Oktober 2024, Lurah Cokrodiningratan, Andityo Bagus Baskoro, ST., M. Eng., beserta 7 Lurah Calon Mitra di Kota Yogyakarta (Gowongan, Kotabaru, Terban, Purwokinanti, Gunungketur, Prawirodirjan dan Ngupasan) dan 4 Mantri Pamong Praja di Kota Yogyakarta (Jetis, Gondokusuman, Pakualaman, Gondomanan) mengikuti Workshop RENSTRA Project Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di Kabupaten Belu dan Kota Yogyakarta.

Kegiatan Workshop ini juga turut diikuti oleh Programer HIV/AIDS atau perwakilan dari Puskesmas Jetis, Puskesmas Gondokusuman II, Puskesmas Gondomanan, Puskesmas Pakualaman, RSUD Kota Yogyakarta, RS Bethesda serta Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan DI Yogyakarta serta Bappeda Kota Yogyakarta. Selain itu kegiatan ini juga diikuti Perkumpulan Pita Merah, Perwakilan Gereja di Kota Yogyakarta dan Staf UPKM/CD Bethesda YAKKUM Kota Yogyakarta.

Selain itu perwakilan dari Kabupaten Belu adalah 8 Desa Calon Mitra di Kabupaten Belu serta 4 Kecamatan di Kabupaten Belu, 5 Puskesmas di Kabupaten Belu serta Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, KPA Kabupaten Belu, Bapppeda Kabupaten Belu, DPMD Kabupaten Belu, RSUD Kab. Belu. Selain itu ada juga Perwakilan Gereja di Kabupaten Belu serta Staf UPKM/CD Bethesda YAKKUM Kabupaten Belu.

 

Latar Belakang Kegiatan

Latar belakang dalam dilaksanakannya kegiatan Workshop RENSTRA Project Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di Kabupaten Belu dan Kota Yogyakarta bahwa secara global, pengendalian HIV dan AIDS masih difokuskan pada upaya pencapaian Three Zeros di tahun 2030 yaitu eliminasi infeksi baru HIV, eliminasi kematian terkait HIV dan AIDS, serta eliminasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV. 

 

Untuk menghentikan epidemi AIDS maka dunia, termasuk Indonesia mentargetkan 95 – 95 – 95, yaitu pada tahun 2030: 95% orang terinfeksi HIV sudah terdiagnosis, 95% orang dengan diagnosis infeksi HIV mendapatkan terapi antiretroviral, dan 95% orang dengan terapi antiretroviral sudah mengalami supresi virus (virus sangat rendah untuk mengurangi risiko penularan). Banyak tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target tersebut, baik dari sisi masyarakat, layanan kesehatan, stakeholder terkait maupun ODHIV sendiri. Seperti apa tantangan yang dihadapi saat ini, peluang yang memungkian adanya terobosan yang bermakna untuk mencapai target serta potensi apa saja yang dimiliki untuk mendukung pengendalian HIV dan AIDS? Strategi apa yang perlu diterapkan agar program ini bisa mempengaruhi kebijakan di tingkat daerah dan nasional serta menjadi pembelajaran baik di tingkat lebih luas?

Menjelang berakhirnya periode project pada Juni 2025, UPKM (Unit Peningkatan Kesehatan Masyarakat)/CD (Comunity Development) Bethesda YAKKUM telah melakukan assessmen desa/kelurahan, kecamatan yang berbeda dari periode project sebelumnya. Berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan Area Manager, staf wilayah, dan tim asessmen, maka Tim Proposal telah menentukan 16 desa/kelurahan di 8 kecamatan, dan 2 kabupaten/kota sebagai calon wilayah intervensi project periode berikutnya. Adapun nama-nama calon wilayah intervensi tersebut yaitu Kabupaten Belu terdiri dari Kecamatan Atambua Selatan dengan 2 kelurahan terpilih (Manuaman dan Fatukbot), Kecamatan Raihat dengan 2 desa terpilih (Tohe dan Asumanu), Kecamatan Kakuluk Mesak dengan 2 desa terpilih (Kenebibi dan Dualaus), Kecamatan Lakmanen dengan 2 desa terpilih (Dirun/Persiapan dan Makir).

Sedangkan Kota Yogyakarta terdiri dari Kemantren Gondokusuman dengan 2 kelurahan terpilih (Kotabaru dan Terban), Kemantren Jetis dengan 2 kelurahan terpilih (Gowongan dan Cokrodiningratan), Kemantren Gondomanan dengan 2 kelurahan terpilih (Ngupasan dan Prawirodirjan) dan Kemantren Pakualaman dengan 2 kelurahan terpilih (Gunungketur dan Purwokinanti). Desa/kelurahan yang ditentukan tersebut dipilih berdasarkan beberapa kriteria, antara lain temuan kasus HIV dan AIDS, adanya hotspot populasi kunci atau tempat berisiko terjadinya penularan HIV dan pertimbangan lain seperti geografis serta belum pernah mendapatkan intervensi program yang sama dari UPKM/CD Bethesda YAKKUM. Lantas, bagaimana situasi pengendalian HIV dan AIDS di desa/kelurahan wilayah baru?

Tujuan Kegiatan

Tujuan dari diadakannya Workshop Rencana Strategis Project Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS adalah

  1. Mendapatkan gambaran kebijakan dan strategi pengendalian HIV dan AIDS di tingkat nasional, update informasi terkini serta peluang sinergi, kolaborasi, atau integrasi program HIV dan AIDS di tingkat nasional dan regional;
  2. Konfirmasi dan pendalaman hasil assessmen di wilayah calon sasaran program periode 2025- 2028 untuk mengukur relevansi dengan konteks saat ini dan 3 tahun mendatang; 
  3. Menggali isu dan kegiatan yang akan akan dimasukkan dalam project Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS periode 2025-2028 untuk perencanaan kegiatan 3 tahun mendatang;
  4. Mereview metode pendekatan dalam pemberdayaan komunitas/masyarakat, pola kerjasama dengan stakeholder dan kapasitas staf yang dibutuhkan untuk memperkuat dampak dan keberlanjutan program di masyarakat.