Pembina Yayasan Tahija kagumi Masyarakat Cokrodiningratan

EDP-Yogya. Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya mendapat kunjungan dari Dewan Pembina Yayasan Tahija, dr. Sjakon Tahija dan dr. Shelley Tahija Yogyakarta pada Kamis, 7 April 2017. Mereka mengunjungi kegiatan yang ada di Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis. Turut mendampingi mereka peneliti utama EDP Yogya Prof. Adi Utarini, ketua Yayasan Tahija Agus Susanto, Lurah Cokrodiningratan Narotama dan perwakilan masyarakat Cokrodiningratan.

Yayasan Tahija adalah Yayasan yang didirikan oleh keluarga Tahija. Yayasan filantropi ini telah banyak mendanai berbagai kegiatan di bidang budaya, sosial, pendidikan dan kesehatan. Saat ini Yayasan Tahija memfokuskan kegiatannya pada penelitian pengendalian demam berdarah dengue (DBD) sejak tahun 2004 dengan metode Sumilarv (insektisida bubuk) di Kota Yogyakarta. Pada 2011,  mereka melanjutkan prakarsa serupa di Yogyakarta dengan pendekatan berbeda menggunakan bakteri alami Wolbachia.

Suasana kunjungan berbalut kesederhanaan nampak sangat hidup. Duduk berlesehan di pendopo kelurahan, semua membaur dalam diskusi tanpa jarak. Dalam sambutannya dr. Sjakon menegaskan komitmennya untuk berkontribusi meningkatan kesejahteraan Indonesia melalui penelitian EDP Yogya. “Semoga Penelitian EDP Yogya berhasil membuktikan Wolbachia mampu menurunkan angka DBD secara signifikan dan semoga keberhasilan tersebut dapat memberikan masukan kepada para pihak untuk diaplikasikan di lain wilayah,” jelas Sjakon. Sementara Narotama mengucapkan rasa terima kasihnya kepada EDP Yogya dan Yayasan Tahija. “Terimakasih kepada EDP Yogya yang sudah memilih Cokrodiningratan sebagai wilayah pelepasan nyamuk ber-Wolbachia ini. Kami mewakili masyarakat sangat mendukung dan semoga kedepan DBD bisa hilang dari Cokrodiningratan,” sambut Lurah dengan wilayah yang terkenal akan produksi batik jumputnya ini.

Masyarakat diberi kesempatan pula berinteraksi dengan para tamu. Tanya jawab terjadi sangat riuh dan dibarengi dengan canda tawa. “Awalnya masyarakat khawatir dengan pelepasan ini, takut nyamuknya tambah banyak. Namun setelah saya jelaskan berbekal sosialisasi yang pernah saya dapatkan dari EDP Yogya pelan-pelan masyarakat bisa menerimanya,” ujar Sutini, kader kesehatan RW 11 Cokrodiningratan.

Selain berdiskusi, para tamu juga berkesempatan mengunjungi rumah yang berkesempatan diditipi ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Masyarakat merasa senang dilibatkan dalam penelitian ini. “Saya penasaran dan sangat tertarik, lah wong biasanya nyamuk di matikan kok sekarang malah dipelihara,” ujar Suharto, salah seorang warga yang mendapat titipan ember. Ia merasa mantap ikut serta karena sudah merasa diberi informasi yang banyak oleh petugas EDP Yogya dan tokoh masyarakat.

Sumber : www.eliminatedengue.com